Upacara Adat di Korea Selatan
Darye adalah bentuk upacara teh tradisional yang dipraktikkan di Korea. Darye adalahetika minum teh atau tatacara minum teh yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Korea sejak ribuan tahun lalu.
Upacara teh Korea bermula dari upacara teh Tionghoa dari Tiongkok. Bagian terpenting dari tatacara teh ini adalah bahwa menikmati teh ala Korea dipraktikkan dalam suasana formal namun santai dan tenang.
Upacara teh korea selain dimaksudkan untuk menemukan ketenangan dan harmoni dalam cepat berubahnya masyarakat Korea, juga untuk meneruskan tradisi lama bangsa Korea.
Para biksu Buddha di zaman Goryeo mengadakan upacara teh untuk keperluan persembahan keagamaan. Namun para bangsawanKonfusius (yangban) selanjutnya mengembangkan tatacara tersebut menjadi keindahan dan seni yang dapat dinikmati kalangan yang lebih luas.
Terdapat 15 jenis upacara teh penting yang diselenggarakan, namun yang paling umum adalah:
- Tatacara teh harian – tatacara minum teh harian yang dikembangkan dari zaman Dinasti Joseon.
- Tatacara teh khusus – tatacara minum teh yang diadakan untuk menyambut tamu negara dan acara pernikahan anggota keluarga kerajaan.
- Tatacara teh ratu – acara minum teh yang hanya dinikmati ratu, keluarga dan teman-temannya
Upacara Perkawinan
Awalnya, para teman dekat pengantin pria akan beramai-ramai membawakan hadiah pertunangan ke rumah calon pengantin wanita. Hadiah itu dimasukkan ke dalam kotak yang diberi nama hahm. Para pengantar hadiah pertunangan ini akan tiba di rumah sang pengantin wanita, lengkap dengan kostum dan wajah yang dipoles menjadi hitam, lalu mereka akan bernyanyi.
Para pembawa hadiah ini akan berhenti di depan rumah sang calon pengantin wanita, dan meneriakkan “Hahm untuk dijual, hahm untuk dijual!”. Lalu keluarga sang calon pengantin wanita akan menghampiri mereka sambil menawarkan uang. Kegiatan ini bisa disebut sebuah negosiasi, dan tentunya negosiasi yang menyenangkan juga penuh tawa.
Pesta pertunangan sendiri sekarang ini lebih sering diadakan di rumah makan. Dan sang calon pengantin wanita mungkin akan mengenakan hanbok (pakaian tradisional untuk acara pertunangan). Untuk hiburan, biasanya anggota keluarga akan berkaroke ria.
Sebelum pernikahan dilangsungkan, calon pengantin pria akan memberikan sebuah hadiah pada calon ibu mertuanya berupa sebuah angsa liar yang masih hidup. Namun sekarang ini lebih sering memberikan boneka angsa yang terbuat dari kayu. Angsa ini menandakan sang calon pengantin pria akan merawat anak perempuannnya seumur hidup.
Pernikahan tradisional Korea diselenggarakan di rumah sang pengantin wanita. Sedangkan sumpah pernikahan dilakukan dalam upacara yang dinamakan kunbere. Kedua pengantin akan saling membungkuk lalu meminum anggur khusus dari sebuah labu yang ditanam oleh ibu sang pengantin wanita.
Beberapa hari seteleh upacara pernikahan, kedua pengantin akan mengunjungi keluarga sang pengantin pria untuk menjalani upacara pernikahan lainnya yang disebut p’ye-baek. Sang pengantin wanita akan menawarkan korma dan chestnuts kepada orangtua pengantin pria. Hal ini melambangkan anak-anak.Lalu orangtua akan menawarkan sake, dilanjutkan melempar korma dan chestnuts pada sang pengantin wanita yang mencoba menangkap keduanya menggunakan pakaian pengantinnya.Di Amerika, upacara p’ye-baek dilakukan pada hari pernikahan.
Perjamuan makan dalam pernikahan tradisional Korea sangatlah sederhana. Bahkan hanya dibutuhkan sup mi, dan faktanya pesta perjamuan makan Korea disebut kook soo sang yang berarti “perjamuan mi.” Mi yang panjang melambangkan kehidupan yang panjang dan bahagia. Mi akan direbus bersama kaldu sapi dan hiasan lainnya serta sayuran. Dok, atau kue ketan biasanya menjadi hidangan yang disajikan dalam sebuah acara di negara ini, khususnya di pernikahan.
Upacara Pemakaman
Di dalam lobi ruang rumah duka, Rumah Sakit Samsung di Seoul para pelayat yang memakai pakaian hitam berkabung memberikan penghormatan terakhir pada orang yang meninggal. Pemandangan tersebut adalah suatu hal yang umum dalam sebuah rumah duka, karena Samsung adalah leader dari kemajuan teknologi Korea Selatan, sehingga tidak mengherankan untuk melihat sebuah layar elektronik dengan resolusi tinggi gambar dari almarhum dan informasi dari 20 ruangan yang mereka punyai saat ini.
Karena revitalisasi budaya dalam beberapa tahun terakhir ini, Hanok, makgeolli, dan bahkan pernikahan Konghucu yang tidak menangkap antusiasme publik tampaknya diam-diam menghilang. Sama sih seperti halnya di Indonesia, semakin sibuknya manusia, semakin manusia itu menginginkan sesuatu hal yang sederhana atau gak mau repot.Di Korea Selatan sendiri punya prosesi pemakaman tradisional seperti di Bali dan juga daerah lainnya di Indonesia yang masih memegang teguh budaya mereka.
0 komentar:
Posting Komentar