Budaya indonesia juga dipelajari di korea
Korea Selatan adalah salah satu negara Asia yang cukup diperhitungkan baik dalam hal ekonomi maupun budaya. Terbukti dengan menyebarnya budaya K-Pop di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Menilik persebarannya yang cukup masif dan kuatnya penanaman budaya lokal masyarakat Korea, orang Korea ternyata juga terbuka terhadap budaya-budaya bangsa lain, salah satunya Indonesia.
Maman S. Mahayana, salah satu kritikus sastra yang menjadi dosen tamu di Department of Malay-Indonesian Studies, Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) di Seoul, Korea, mengatakan bahwa apresiasi masyarakat Korea terhadap budaya Indonesia sangat luar biasa.
Di negeri gingseng itu, Maman S. Mahayana memberikan pengajaran bahasa Indonesia. Bermula dari pengajaran bahasa itulah, masyarakat korea juga mengenal kebudayaan Indonesia, mulai dari sastra, adat istiadat, sejarah, hingga kuliner. Apresiasi masyarakat Korea juga terbukti bahwa dari sekian banyak pilihan jurusan bahasa asing tersedia di HUFS, bahasa Indonesia adalah yang paling banyak diminati.
“Kebetulan saat ini Korea sedang gencar mencari pangsa pasar. Karena itu, Korea mempelajari hampir semua bahasa di dunia. Bahasa Indonesia adalah jurusan yang paling diminati dan lulusannya pun paling cepat mendapatkan pekerjaan baik di Indonesia ataupun di Korea,”jelas Maman mengenai latar belakang motivasi bangsa Korea mempelajari bahasa Indonesia.
Meskipun motivasi itu berawal dari kepentingan ekonomi, yaitu mengenai strategi Korea memasarkan produk-produknya di berbagai negara, Maman juga mengatakan bahwa kita tidak perlu takut, bahkan kita tidak boleh malu untuk belajar dari bangsa Korea.
Dari pembelajaran bahasa Indonesia, bangsa Korea mengetahui bahwa kedua negara ini memiliki kultur yang tidak banyak berbeda. Keberagaman budaya, sikap ramah tamah, dan masakan Indonesia adalah yang paling digemari orang Korea. Ketertarikan itu juga yang membuat Korean Broadcasting System (KBS), salah satu televisi nasional Korea, mengadakan program Tokoh Bulan Ini, yang sering mengundang tokoh-tokoh Indonesia untuk diwawancarai.
Sayangnya, lanjut Maman, apresiasi masyarakat Korea itu tidak ditindak-lanjuti oleh Kedubes Indonesia di Korea.
“Nah itu dia persoalannya. Kedubes Indonesia itu kurang aktif, jadi yang lebih banyak bergerak adalah masyarakat Indonesia yang tinggal di Korea,” ungkap Maman.
Dari pengalaman mengajar di Korea, Maman menemukan banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita. Salah satunya mengenai budaya kontemporer (kekinian). Jika bangsa kita bertolak pada kebudayaan asing, dan yang paling banyak dikonsumsi adalah budaya populer, maka bangsa Korea justru bertolak pada kebudayaan sendiri. Mereka mempelajari kebudayaan negara-negara lain untuk kemudian dipadukan dengan kebudayaan mereka dan menghasilkan budaya baru, dengan tetap mengedepankan kebudayaannya. Budaya K-pop yang banyak digemari generasi muda Indonesia hanyalah salah satu diantaranya.
Selain itu, disiplinitas dan kesadaran moral masyarakat Korea adalah salah satu keistimewaan mereka. Sikap itu mereka dapatkan dari falsafah Konfusius, yaitu ajaran moral dan etika yang menekankan pada aturan mengenai hubungan antar manusia dan hubungan manusia dan alam. Ajaran itulah yang membuat masyarakat Korea giat bekerja dan menghargai keberadaan manusia lain.
Maman Mahayana sendiri dipercaya memberikan pengajaran di Korea karena kredibilitas dan kualitasnya terutama dalam bidang kritik sastra. Ia telah menerbitkan banyak buku dan karya ilmiah serta telah meraih beberapa penghargaan. Baru-baru ini dia menerbitkan sebuah buku berjudul Pengarang Tidak Mati.
“Kebetulan saat ini Korea sedang gencar mencari pangsa pasar. Karena itu, Korea mempelajari hampir semua bahasa di dunia. Bahasa Indonesia adalah jurusan yang paling diminati dan lulusannya pun paling cepat mendapatkan pekerjaan baik di Indonesia ataupun di Korea,”jelas Maman mengenai latar belakang motivasi bangsa Korea mempelajari bahasa Indonesia.
Meskipun motivasi itu berawal dari kepentingan ekonomi, yaitu mengenai strategi Korea memasarkan produk-produknya di berbagai negara, Maman juga mengatakan bahwa kita tidak perlu takut, bahkan kita tidak boleh malu untuk belajar dari bangsa Korea.
Dari pembelajaran bahasa Indonesia, bangsa Korea mengetahui bahwa kedua negara ini memiliki kultur yang tidak banyak berbeda. Keberagaman budaya, sikap ramah tamah, dan masakan Indonesia adalah yang paling digemari orang Korea. Ketertarikan itu juga yang membuat Korean Broadcasting System (KBS), salah satu televisi nasional Korea, mengadakan program Tokoh Bulan Ini, yang sering mengundang tokoh-tokoh Indonesia untuk diwawancarai.
Sayangnya, lanjut Maman, apresiasi masyarakat Korea itu tidak ditindak-lanjuti oleh Kedubes Indonesia di Korea.
“Nah itu dia persoalannya. Kedubes Indonesia itu kurang aktif, jadi yang lebih banyak bergerak adalah masyarakat Indonesia yang tinggal di Korea,” ungkap Maman.
Dari pengalaman mengajar di Korea, Maman menemukan banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita. Salah satunya mengenai budaya kontemporer (kekinian). Jika bangsa kita bertolak pada kebudayaan asing, dan yang paling banyak dikonsumsi adalah budaya populer, maka bangsa Korea justru bertolak pada kebudayaan sendiri. Mereka mempelajari kebudayaan negara-negara lain untuk kemudian dipadukan dengan kebudayaan mereka dan menghasilkan budaya baru, dengan tetap mengedepankan kebudayaannya. Budaya K-pop yang banyak digemari generasi muda Indonesia hanyalah salah satu diantaranya.
Selain itu, disiplinitas dan kesadaran moral masyarakat Korea adalah salah satu keistimewaan mereka. Sikap itu mereka dapatkan dari falsafah Konfusius, yaitu ajaran moral dan etika yang menekankan pada aturan mengenai hubungan antar manusia dan hubungan manusia dan alam. Ajaran itulah yang membuat masyarakat Korea giat bekerja dan menghargai keberadaan manusia lain.
Maman Mahayana sendiri dipercaya memberikan pengajaran di Korea karena kredibilitas dan kualitasnya terutama dalam bidang kritik sastra. Ia telah menerbitkan banyak buku dan karya ilmiah serta telah meraih beberapa penghargaan. Baru-baru ini dia menerbitkan sebuah buku berjudul Pengarang Tidak Mati.
0 komentar:
Posting Komentar