Semua MAHAL Kecuali WC UMUM
GRATIS
Korea Selatan Miskin SDA Tapi Rakyatnya Makmur, Wisatanya Tidak Lebih Baik Dibanding INDONESIA
Kunjungan pimpinan beberapa media cetak dan elektronik yang ada di Palembang ke Negeri Ginseng, Korea Selatan selama 6 hari 5 malam, membuka mata para insan pers ini terhadap negara lain khususnya negara yang sekarang dipimpin Presiden Lee Myung-bak . Negara yang memiliki luas daratan hanya 100.032 km2 ini (kalah dibanding luas Pulau Jawa yang memiliki luas 126.700 km² ,Red) ternyata ini miskin akan sumber daya alam (SDA). Tanahnya dominan berbukit dan cadas sehingga tanaman sulit tumbuh berkembang. Pohon Pinus yang berusia 200 tahunan saja batangnya masih kelihatan kecil. Alhasil untuk kebutuhan kayu, minyak serta bahan baku untuk industri semua Korea harus impor dari negara lain.
Orang Korea sadar mereka tidak memiliki apa-apa (SDA) makanya mereka harus kerja keras agar tetap survive serta tidak bosan untuk belajar dan melakukan penelitian demi kelangsungan produk industri mereka agar dapat diterima pasar dunia . Hal ini juga didukung pemerintah yang memberikan kemudahan bagi orang tua dalam memberikan pendidikan yang layak terhadap anaknya dengan memberikan beasiswa mulai dari SD hingga SMA. Selaras dengan semboyan Negara Korea Selatan , memberi manfaat yang luas kepada rakyat.
Menurut Kang Ji Un (dipanggil Ci Un, Red) guide dari Korea, orang tua hanya membayar ketika anaknya melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, kuliah atau kursus keahlian tertentu. ‘’Maka itu disini (Korea) hampir tidak ada yang tidak bisa membaca dan kebanyakan lulusan perguruan tinggi. Orang disini tidak suka bekerja kasar semuanya ingin yang gampang-gampang misalnya di kantoran,’’terang wanita berperawakan kecil ini kepada rombongan kuli disket dengan kalimat yang sering diulang-ulang.
Hal ini menyebabkan tenaga manusia menjadi sangat mahal. Indonesia salah satu pemasok terbesar kebutuhan tenaga kerja di negara yang merdeka tanggal 15 Agustus 1948 ini. Bayangkan gaji seorang pembantu rumah tangga (PRT) disana bisa mencapai sekitar Rp 18 jutaan/bulan. Ini mungkin tidak didapati TKW kita yang bekerja kesana karena yang dijelaskan guide kepada kami mungkin total gaji yang didapat tanpa ada potongan disana-sini termasuk dari agen tenaga kerja.
Selain gigih serta selalu berinovasi menjadikan beberapa produk industri Korea Selatan membanjiri pasar dunia tidak terkecuali di Indonesia. Sebut saja mobil Hyundai, yang berhasil penetrasi pasar hingga 193 negara di dunia termasuk Indonesia. Begitu juga alat-alat elektronik dan gadget Samsung, yang berhasil menggeser beberapa produk gadget yang telah lebih dulu menguasai pasar dunia.
Penulis sempat heran karena selama berkeliling di beberapa kota di Korea Selatan termasuk Seoul, tidak ditemukan satu pun mobil buatan Jepang yang melintas di jalanan protokol, ada juga malah beberapa mobil buatan Eropah seperti Chevrolet, Audi , Mercedes dan BMW bahkan merek kelas atas sering ditemui. Menurut Kang Ji Un, rakyat Korea Selatan memiliki rasa nasionalisme sangat tinggi sehingga mereka hanya mau menggunakan produk negara mereka sendiri. Selain nasionalisme yang tinggi , mungkin juga penyebabnya kisah lama. Hubungan Korea Selatan dan Jepang pernah buruk ketika memperebutkan Liancour Rocks . Luas Kepulauan Liancourt 0,18745 km², ini dugaan penulis yang membuat barang-barang Jepang tidak diterima atau tidak dapat masuk ke Korea Selatan dan sebaliknya. ‘’Bukan hanya mobil tapi juga ponsel, di Indonesia mungkin Blackberry dan Nokia laku tapi disini kita tidak mau, kita banyak menggunakan ponsel buatan Korea,’’jelasnya.
Phoenix Park Ski Resort
Salah satu lokasi wisata yang dikunjungi rombongan dan berkesan ketika diajak main ski di Phoenix Park Ski Resort, jaraknya sekitar 2 jam berkendara dari Seoul. Bukan karena enaknya meluncur dari ketinggian kemudian melakukan liuk-liukan seperti yang sering kita lihat di TV. Terus terang saja dari 15 orang jurnalis yang berangkat tersebut tidak ada bisa main ski, jangankan meluncur pasang sepatu ski saja kita masih dibantu guide. Namun berkesan disini tentu saja nuansa view yang berbeda yang tentuya tidak kita jumpai di tanah air kecuali di Puncak Jayawijaya di Papua. Tiket orang dewasa sekitar 40.000 Won atau sekitar Rp400.000. Itu belum termasuk sewa baju , kacamata dan sepatu ski. Sewa kacamata ski sekitar Rp10.000 Won. Namun seindah panorama di resort tersebut, tidak juga membuat kita betah berlama-lama di luar karena udara sangat dingin minus 6 derajat celcius. Tentu saja wisatawan yang ingin merasakan sensasi bermain ski harus datang ke Korea Selatan saat musim dingin (winter).
Wisata Belanja
Selain itu rombongan yang didampingi guide lokal dari Palembang, Amran Amiruddin, itu diajak ke beberapa lokasi wisata andalan Korea Selatan, diantaranya Lotte World (semacam Ancol tapi indoor, Red), Nami Island, Soerak Park, Istana Gyeongbok yang didirikan tahun 1394 oleh arsitek Jeong Do Jeon serta wisata belanja ke Namdaemun, Dongdaemun dan Donghwa Free Duty termasuk ke tempat pusat penjualan ginseng, kosmetik produk Korea Selatan serta ametyhs (batu perhiasan khas Korea).
Namun barang-barang yang harus dihunting di Korea Selatan biasa-basa saja , beda jauh seperti kita temui di China. Barang-barang di China banyak sekali ditemukan yang ‘aneh-aneh’ misalnya handphone bentuk Ferrari atau gadget imitasi dengan harga yang lebih bersahabat dengan saku turis Indonesia. Memang dari segi kualitas barang Korea masih lebih baik dibanding China. Namun bila dibandingkan dengan produk Indonesia, barang-barang produk fashion Korea sama baik bahkan kita masih lebih baik.
Kesediaan banyak bahan baku serta tenaga kerja membuat produk Indonesia , bisa dibeli dengan harga murah dan memiliki kualitas yang bagus. Menurut penulis, Indonesia lebih memiliki warna dalam jualan wisatanya dibanding Korea, baik wisata religi, belanja, sejarah maupun adat istiadat dan keindahan alam yang asri. Di Korea Selatan , semua harus bayar dan mahal kecuali toilet umum gratis. ‘’Di Korea selain WC umum ada lagi yang lebih murah dibandingkan di Indonesia yaitu beli mobil di Korea, ginseng, kosmetik produk Korea dan legging,’’ujar Kang Ji Un, Guide yang setiap hari menemani kami selama di negara asal bela diri Taekwondo ini.
Setelah pulang dari Negeri Ginseng ini, realita yang tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia yang kita cintai ini memang negara yang kaya raya. Mengapa negara yang miskin SDA (Korea), rakyatnya bisa makmur sedangkan negara kita yang memiliki SDA dan tenaga kerja yang berlimpah , rakyatnya masih banyak hidup dibawah garis kemiskinan. Ini berarti ada sesuatu yang salah dan tugas kita bersama untuk memperbaikinya menuju terwujudnya Indonesia sebagai negara yang maju dan rakyatnya terbebas dari kemiskinan. Realita lainnya , negara lain menomorsatukan infrastruktur, jalan-jalan lebar dan licin kontras dengan negara kita termasuk Jakarta sebagai ibukota negara, jalannya sempit sedangkan kendaraan melebihi kuota sehingga menyebabkan jalan kendaraan merayap. (sihat judin)
0 komentar:
Posting Komentar