DAMPAK DARI KONFLIK PERANG ANTARA KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA
Latar Belakang Terjadinya Konflik
Penyebab terjadinya konflik antara Korea Selatan dan Korea Utara terdiri dari berbagai alasan. Beberapa penyebabnya antara lain :
- Di lihat secara geografisnya :
Bagian utara Korea berbatasan dengan wilayah Cina (Manchuria sebagai wilayah industri berat).
Bagian timur laut Korea berbatasan dengan sebagian wilayah Uni Soviet dan ada pelabuhan yang sangat penting bagi Uni Soviet serta adanya pangkalan armada laut Uni Soviet di Asia Pasifik pada era abad 19.
Bagian tenggara Korea merupakan wilayah perairan Jepang yang notabenenya sejak era post-Perang Dunia 2 merupakan sekutu terdekat Amerika Serikat di kawasan ini.
Pada awalnya, wilayah Korea merupakan bagian dari wilayah imperialisme Jepang pada era Perang Dunia 2, namun dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu pada Agustus 1945, maka wilayah Korea diambil alih oleh pihak Uni Soviet setelah Jepang kalah berperang dengan Uni Soviet pada tanggal 8 Agustus 1945.
Berdasarkan pada kebijakan containment AS, maka pihak Washington dan Moscow mengadakan suatu perundingan untuk membagi kekuasaan Korea secara garis 38 derajat lintang utara sehingga ada pembatasan wilayah demi alasan politik yang membentuk Korea bagian utara di bawah pengaruh Uni Soviet dan Korea bagian selatan berada di bawah pengaruh Amerika Serikat.
Pada tahun 1948, masing-masing pihak (USSR dan AS) mendirikan pemerintahan di masing-masing wilayah Utara dan Selatan. Korea Utara (Republik Rakyat Demokratik Korea) dengan ideologi komunis berada di bawah kepemimpinan Kim Il Sung, seorang mantan prajurit tentara merah Uni Soviet. Dan Korea Selatan (Republik Korea) dengan ideologi liberal berada di bawah kepemimpinan Syngman Rhee, seorang terpelajar yang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk studi di AS dan sangat anti-komunis.
Pada tahun 1949 semua pasukan AS dan USSR ditarik dari kedua wilayah ini.
Pada bulan Juni 1950, pecahlah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan dengan alasan perbedaan ideologi dan isu perbatasan menjadi isu yang sangat sensitif antara kedua wilayah ini karena pembatas wilayah bukan dianggap sebagai perbatasan antar negara.
Situasi di Dewan Keamanan PBB sedang terjadi boikot pihak USSR karena mendukung Cina untuk mengantikan Taiwan yang saat itu menjadi perwakilan, melihat situasi ini, AS memanfaatkannya dengan mencari dukungan dari PBB. Dan dengan dukungan inilah maka pasukan perdamaian PBB dan pasukan AS mendarat di Korea Selatan untuk memukul mundur pasukan Korea Utara dan USSR yang saat itu terlebih dulu menyerang Korea Selatan. Melihat semakin dekatnya pasukan AS dari perbatasan Korea Utara dengan Cina, maka pihak pemerintah Cina merasa terancam dan mengirim sejumlah relawan non-People Liberation Armyuntuk ikut berperang di sana.
Pada tahun 1953 perang berakhir dan pihak AS mengadakan perjanjian Mutual Security Treatydengan Korea Selatan sehingga keberadaan pasukan AS dipertahankan guna mencegah terjadinya serangan dari pihak Utara. Lain halnya dengan China-USSR, mereka tidak menempatkan pasukannya di Korea Utara tetapi pengaruh ideologi Marxist-Leninist semakin kuat. Akhirnya pada tahun 1961 pihak USSR-China mengadakan perjanjian pertahanan dengan Korea Utara.
Keadaan pada saat ini :
Walaupun perang antara Korea Utara dan Korea
Selatan telah berakhir pada tahun 1953, namun konflik-konflik skala kecil masih
sering terjadi sampai saat ini, terlebih konflik kepentingan politik dengan
pergantian kepemimpinan pihak Korea Selatan. Kedua belah pihak sering
mengadakan percobaan perundingan damai, namun pada akhirnya selalu gagal dan
tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Gagalnya perundingan damai ini terlebih dikarenakan dengan adanya pembangunan kapasitas nuklir di Korea Utara yang secara langsung menyebabkan gangguan stabiitas keamanan kawasan tersebut. Pihak Korea Utara telah terbukti beberapa kali melakukan percobaan peluncuncuran senjata nuklirnya yaitu diantaranya adalah pada bulan Oktober 2006 dan Mei 2009. Menghadapi kepemilikan dan ancaman senjata nuklir Korea Utara ini, telah diadakan perundingan 6 negara yang diinisiasi oleh IAEA yang dikenal dengan nama Six Parties Talkantara Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Cina, Rusia dan Amerika Serikat. Namun perundingan ini sampai saat ini masih sulit dalam menemukan upaya untuk menekan niat dari Korea Utara untuk menghilangkan kepemilikan senjata nuklirnya. Senjata nuklir ini sering kali digunakan sebagai bargaining instrument Korea Utara dalam upayanya mendapat bantuan luar negeri.
Gagalnya perundingan damai ini terlebih dikarenakan dengan adanya pembangunan kapasitas nuklir di Korea Utara yang secara langsung menyebabkan gangguan stabiitas keamanan kawasan tersebut. Pihak Korea Utara telah terbukti beberapa kali melakukan percobaan peluncuncuran senjata nuklirnya yaitu diantaranya adalah pada bulan Oktober 2006 dan Mei 2009. Menghadapi kepemilikan dan ancaman senjata nuklir Korea Utara ini, telah diadakan perundingan 6 negara yang diinisiasi oleh IAEA yang dikenal dengan nama Six Parties Talkantara Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Cina, Rusia dan Amerika Serikat. Namun perundingan ini sampai saat ini masih sulit dalam menemukan upaya untuk menekan niat dari Korea Utara untuk menghilangkan kepemilikan senjata nuklirnya. Senjata nuklir ini sering kali digunakan sebagai bargaining instrument Korea Utara dalam upayanya mendapat bantuan luar negeri.
Terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan akibat perang antar kedua wilayah ini, antara lain :
- Dampak Ekonomi
Perang antar kedua pihak ini mengakibatkan
hancurnya infrastruktur dan ekonomi negara.
Pada tahun 1970 ekonomi kedua belah pihak sempat seimbang, namun orientasi ekonomi Korea Utara lebih memprioritaskan pada kepentingan militer dibanding dengan kebutuhan rakyatnya sendiri. Korea Utara seringkali mengalami kekurangan makanan dan menyebabkan tingginya tingkat kematian penduduk akibat kelaparan. Korea Utara seringkali meminta bantuan dari luar negeri, tak terkecuali dari pihak Korea Selatan.
Berbeda halnya dengan Korea Selatan, mereka lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dengan liberalisasi pasar dan perdagangan, sehingga perindustrian dan kemajuan ekonomi Korea Selatan maju dengan pesat dan menjadi salah satu Macan Asia.
Pada tahun 1970 ekonomi kedua belah pihak sempat seimbang, namun orientasi ekonomi Korea Utara lebih memprioritaskan pada kepentingan militer dibanding dengan kebutuhan rakyatnya sendiri. Korea Utara seringkali mengalami kekurangan makanan dan menyebabkan tingginya tingkat kematian penduduk akibat kelaparan. Korea Utara seringkali meminta bantuan dari luar negeri, tak terkecuali dari pihak Korea Selatan.
Berbeda halnya dengan Korea Selatan, mereka lebih menekankan pertumbuhan ekonomi dengan liberalisasi pasar dan perdagangan, sehingga perindustrian dan kemajuan ekonomi Korea Selatan maju dengan pesat dan menjadi salah satu Macan Asia.
- Dampak Politik
Korea Selatan mengadopsi sistem politik yang
demokratis, berbeda dengan sistem politik di Korea Utara yang
komunis-sentralistik. Dengan sistem demokrasi, maka pihak militer meninggalkan
perannya dari arena politik, sedangkan pihak Korea Utara lebih menekankan nilai
hierarki struktur keluarga sebagai pemimpin berikutnya.
- Dampak Militer dan Keamanan
Berdasarkan penjelasan yang telah dibahas sebelumnya, Korea
Utara lebih menekankan ekonomi dalam upayanya meningkatkan kapasitas militer
dan nuklirnya. Dengan adanya sikap dan pengaruh dari kepemilikan senjata nuklir
ini, maka secara tidak langsung menyebabkan instabilitas kawasan Asia Pasifik,
terlebih dengan beberapa percobaan peluncuran nuklir Korea Utara yang menurut
data intelijen mampu menjangkau sebagian wilayah Amerika Serikat.
0 komentar:
Posting Komentar